Geliat prostitusi Solo, rayuan wanita di tempat pijat dan salon

Geliat prostitusi Solo, rayuan wanita di tempat pijat dan salon
ilustrasi/shutterstock
Menyusuri suasana malam di kota Solo memang memberikan kesan tersendiri. Selain keindahan kota, wisata kuliner dan budayanya, juga tak kalah menarik adalah wisata 'xxx' yang banyak kita jumpai.

Dunia gemerlap di kota ini memang bertaburan bak jamur dimusim hujan. Baik yang terang-terangan maupun terselubung.

Selain terdapat di tiga lokasi, yaitu Kestalan (sekitar RRI), Gilingan (Kec Banjarsari) dan Kerten (Laweyan), praktek terlarang tersebut juga berkembang di Salon-salon kecantikan, panti pijat hingga di tempat-tempat penampungan wanita tuna susila.

Berikut beberapa tempat prostitusi terselubung di Solo.

1. Salon plus-plus
Seperti kota besar lainnya, di Solo tak sedikit salon kecantikan yang menyediakan jasa xxx kepada pelanggannya.

Sama seperti salon kecantiklan lainnya, modus mereka juga berkedok salon pada umumnya, Seperti layanan potong rambut, creambath, rebonding, facial, lulur, spa dan lain-lain. Ini tentu untuk mengelabuhi masyarakat luas, agar mereka bisa dengan leluasa menjalankan bisnisnya.

Masyarakat biasanya sulit untuk membedakan mana salon plus-plus dan mana salon sesungguhnya. Kita baru tahu kalo sudah berada didalamnya. Biasanya mereka melayani laki-laki dan perempuan. Secara kasat mata, mereka memiliki dandanan yang menor.

Kalo sudah masuk, mereka akan menawarkan semua layanan, termasuk layanan plus-plus. Tak hanya penawaran di dalam salon, penawaran di luar pun akan mereka lakukan.

"Dulu waktu saya cuci motor di Pasar Nongko, kebetulan letaknya dekat dengan salah satu salon. Saya ditawari potong rambut, creambath, termasuk layanan plus-plus, hanya Rp 150 ribu, termasuk kamar. Tapi saya malah takut," ujar Cecep, warga Sukoharjo.

Di kota Solo untuk praktek salon seperti ini ada di beberapa tempat. Di kawasan sekitar Pasar Nongko, tak jauh dari satasiun Solo Balapan, terdapat puluhan tempat. Bahkan jarak salon tersebut saling berdekatan, seperti sebuah kompleks.

Selain Pasar Nongko beberapa salon lain juga menawarkan layanan yang sama, antara lain, di Jalan Yosodipuro, di kampung Turisari, Kerten, Boniloyo, Banjarsari dan Serengan.

2. Panti pijat plus
Selain salon kecantikan, wisata xxx di Solo banyak yang berkedok panti pijat. Tak sedikit juga panti pijat di kota Solo yang menyediakan layanan plus-plus. Menurut seorang sopir taksi, D, dirinya mengaku sering mengantar penumpang luar kota ke beberapa tempat.

"Saya sering mengantar tamu saya ke daerah Kerten, Purwosari Laweyan. Disana rata-rata pemijatnya sudah STW (setengah tua)," ujarnya.

Menurut D, di daerah Kerten sedikitnya ada empat panti pijat plus-plus. Selain Kerten, lanjut D, ada dua tempat di daerah Solo Baru sekitar Tanjung Anom, kemudian di daerah Banjarsari, Manahan.

"Kalau cuma pingin pijat tarifnya juga murah, antara Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Tapi kalau plus plus mungkin minimal 200.000 sudah 400.000 sekali short time," paparnya.

Keberadaan panti pijat di Solo meski sudah puluhan tahun, namun masih banyak yang eksis beroperasi, itu artinya tingkat pengguna dipastikan juga semakin banyak baik dari warga sekitar Solo, maupun warga luar kota ini.

3. Rumah dan Hotel
Dibanding Salon dan Panti pijat, jumlah tempat penampungan wanita nakal di Solo jauh lebih sedikit. Hanya ada beberapa tempat penampungan wanita panggilan alias PSK di Solo ini.

M, warga Grogol Sukoharjo mengaku dirinya mengetahui beberapa tempat penampungan, antara lain di kampung Sambeng, sekitar Turisari dan Sriwedari.

"Kalau belum tau memang susah nyarinya. Yang saya tau di timur hotel Agas, Turisari biasanya ada lampu hijau kalau malam. Ada juga lampu-lampu berwarna lain di pagar rumah," katanya.

Sementara untuk penampungan lainnya, di sekitar Sriwedari, di sebuah rumah tua, hampir tak ada yang mengetahui, padahal didalamnya terdapat puluhan wanita panggilan dati usia ABG sampai STW (setengah tua). Menurut beberapa warga yang tak mau disebut namanya, para lelaki hidung belang biasanya tak langsung datang dirumah yang menghadap ke utara tersebut.

"Biasanya yang mau pake, ketemu seseorang laki-laki di angkringan. Disana mereka ditawari, mau pake yang harga berapa. Duaratus ada, tiga ratus atau empat ratus juga ada," terangnya.

Jika tawaran diterima, mereka akan langsung melakukan transaksi ditempat. Melalui telpon/sms/bbm, lelaki tersebut akan meminta sang wanita pesanan keluar rumah. Tak lama kemudian, si lelaki hidung belang akan menghampiri di depan pintu. Entah kemana mereka akan pergi, terserah mereka yang akan menentukan tempatnya. Untuk sekali transaksi, konsumen akan dikenakan tarif antara Rp 200 hingga Rp 400 ribu.

source: merdeka.com

Related Posts

Post a Comment